Selasa, 24 Juni 2008

Supply Chain Management (SCM)

SCM atau yang sering disebut Manajemen Rantai Pasokan merupakan pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistem distribusi.  SCM antara lain meliputi:
  1. pengangkutan
  2. pembayaran secara tunai atau kredit
  3. supplier
  4. distributor dan pihak yang membantu seperti bank
  5. hutang maupun piutang
  6. pergudangan
  7. pemenuhan pesanan
  8. informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian persediaan.
SISTEM ATAU MANAJEMEN RANTAI PASOKAN (supply chain management/SCM) sebenarnya bukan barang baru. Hanya saja, dulu system ini dijalankan secara manual. Pada perkembangannya, system tersebut kemudian lebih dikenal dengan nama manajemen order, dan sangat customized sesuai dengan kebutuhan setiap perusahaan. Aplikasi ini masih mumpuni bagi perusahaan yang hanya memiliki satu pabrik dan pemasarannya hanya tingkat lokal saja.
Namun, ketika bisnis makin besar dan mengglobal, rantai pasokan mulai terfragmentasi. Apalagi bagi perusahaan yang punya banyak pabrik yang tersebar di berbagai wilayah bahkan negara, dimana semua data harus terkoneksi ke kantor pusat atau kantor regionalnya yang berada disatu tempat tertentu. Maka setiap perusahaan mulai berusaha untuk mengembangkan aplikasinya sendiri-sendiri untuk menjawab tantangan bisnis seiring dengan berkembangnya perusahaan.

Meskipun SCM menjanjikan manfaat yang sangat besar. Namun demikian, memanfaatkan aplikasi tersebut, bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Banyak kasus juga yang menyebutkan kegagalan implementasi SCM di berbagai perusahaan. Perusahaan juga harus bisa melakukan perkiraan permintaan (demand forecasting) secara ideal. Akibat dari persoalan ini, perusahaan tidak bisa mengirimkan order secara akurat ke pabrik-pabriknya; di sisi lain juga tak bisa memenuhi secara pas kebutuhan para mitra peritelnya. Tak mengherankan, ada produk yang kelebihan pasokan ketimbang permintaannya, tapi sebaliknya juga ada yang kekurangan suplai dari yang diminta peritel.
Disamping itu, dalam proses implementasi aplikasi SCM juga dibutuhkan komitmen dan kesabaran yang tinggi. Selain mahal, aplikasi ini juga tidak serta merta berjalan seperti yang diharapkan. Setting awal aplikasi ini harus dikontrol dengan sangat hati-hati. Jika tidak, aplikasi ini malah bisa menjerumuskan perusahaan, karena adanya order yang diduplikasi oleh sistem itu sendiri, sehingga pesanan terkesan menjadi lebih besar.
Kendala ini pernah muncul dan sempat membuat kalangan bisnis merasa ragu untuk mengimplementasikan SCM. Namun, jika semua tahapan dijalankan dengan benar, dan manajemen puncak perusahaan memiliki komitmen yang besar dalam implementasi ini — mengingat SCM merupakan investasi yang mahal — dia akan memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA
http://www.stekpi.ac.id/skin/Modul%20MO/bab_8MO.pdf
http://www.lintasarta.net/NEWSROOM/Publikasi/Edisi2/Hal11/tabid/196/Default.aspx


Tidak ada komentar: